|
Ilustrasi warga China. ©2012 Merdeka.com |
HOTMAGZ– Di Mongolia bagian utara telah dilakukan penangkapan pada31 orang yang diduga telah melakukan transaksi jual-beli manusia oleh otoritas China. Dalam penangkapan tersebut, ada juga 14 orang perempuan yang diduga sebagai korban, 11 orang asal Myanmar, seperti yang dilansir oleh the Daily Mail.
Bahkan lima orang korban yang berstatus warga asing, umurnya belum mencapai 18 tahun. Untuk mengungkap kebenaran dari kasus ini, Pemerintah China menggandeng Kepolisian Myanmar. Kelompok tersebut terus diselidiki selama tiga bulan dan hasilnya menunjukkan para pelaku menipu para korban yang kebanyakan dari mereka berasal dari Myanmar. Awalnya para korban dijanjikan untuk dipekerjakan di Negeri Tirai Bambu, seperti yang dilaporkan kantor berita Xinhua.
Lalu para wanita yang menjadi korban itu dijual untuk dijadikan istri oleh para penduduk di pedesaan Tiongkok dengan harga termurah mencapai 50.000 yuan (atau sekitar Rp 85 juta).
Hal ini disebabkan karena tidak seimbangnya populasi yang ada di China. Kebijakan satu anak sejak era Deng Xiaoping, ditambah lagi aborsi ilegal bayi perempuan karena dianggap kebanyakan masyarakat tidak mempunyai masa depan, menyebabkan meningkatnya jumlah pria lajang. Sensus terakhir menunjukkan 118 laki-laki yang baru lahir untuk setiap 100 perempuan.
Terhitung sejak bulan September lalu, pihak kepolisian di China mulai terus mencari tahu tentang akun-akun jejaring sosial yang berkedok agen wisata namun sebenarnya menawarkan “impor pengantin” dengan pasokan korban dari negara-negara Asia Tenggara.
Setahun yang lalu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Rusia dan China adalah sebagai pelanggar paling banyak di dunia dengan isu kerja paksa dan perdagangan seks.
(Merdeka)