|
Tristen Kurilla (Foto: NY Daily News |
HOTMAGZ-Tristen Kurilla seorang anak laki-laki yang baru berusia 10 tahun sudah merasakan bagaimana berada di dalam penjara. Hal ini terjadi karena sebelumnya ia melakukan kekerasan pada seorang nenek yang sudah berumur 90 tahun sampai meninggal dunia.
Awalnya Tristen datang ke rumah sang kakek, Anthony Virbitsky, pada hari Sabtu lalu. Ketika itu sekitar jam 10, ia ingin bertanya suatu hal pada seorang nenek yang berada di rumah sang kakeknya. Masuklah bocah ini ke dalam kamar nenek yang bernama Helen Novak tersebut.
Tapi menurut penjelasan Tristen, nenek tua itu tidak menyukai dirinya masuk dan mengusirnya untuk keluar. Tristen pun merasa tersinggung akan hal tersebut. Entah apa yang ada dalam pikiran bocah tersebut, ia langsung mengambil sebuah tongkat kayu dan kembali masuk ke dalam kamar nenek tersebut.
Sungguh tidak disangka apa yang telah dilakukan anak berumur 10 tahun ini. Ia sangat marah dan mendekatkan tongkat tersebut ke dekat leher Helen dan mendorongnya kebawah selama 4-5 detik. Tidak sampai disitu, leher dan perut Helen dipukuli menggunakan tongkat tersebut.
“Saya hanya mencoba menyakitinya,” aku Tristen kepada polisi seperti dikutip dari NY Daily News, Jumat (17/10/2014).
Setelah selesai memukuli Helen, Tristen langsung mencari keberadaan sang kakek dan memberitahu bahwa ada keluar darah dari mulut wanita tua itu. Ketika dilihatnya keadaan Helen, Anthony masih mendapatkan Helen bernapas dengan tersengal-sengal.
Karena fisik yang tidak kuat, akhirnya Helen pun meninggal. Dan hasil otopsi yang dikeluarkan juga menyatakan wanita tua tersebut tewas setelah dibunuh.
Kepada polisi, Tristen mengakui apa yang telah dilakukannya tersebut.
Menurut psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi, M.Psi., anak yang melakukan kekerasan biasanya karena kurang memiliki self-control atau tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Ratih mencontohkan ada anak yang terbiasa marah, berteriak, bahkan memukul ketika keinginannya tidak dipenuhi.
“(Untuk itu) anak perlu diajarkan soal prioritas. Dengan ada prioritas, anak jadi tahu bahwa terkadang mereka harus menunggu. Dengan begitu, mereka tidak akan memaksakan situasi. Jika tidak diajari maka yang muncul perilaku impulsif, melakukan kekerasan,” terang Ratih kepada detikHealth beberapa waktu lalu.
Ratih juga menambahkan bahwa lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
“Misal jika mereka tinggal di lingkungan dengan orang-orang dengan suara keras, mudah marah, dan punya aturan sendiri atau mereka tumbuh tanpa bimbingan memadai, maka anak-anak mengopinya,” tutupnya.