Tim ilmuwan di Jerman mengatakan, mereka telah menemukan DNA manusia tertua setelah meneliti potongan tulang paha manusia berusia 400.000 tahun. Potongan tulang paha manusia itu ditemukan dalam penggalian sebuah goa di Spanyol utara. Sebelumnya, DNA manusia tertua yang ditemukan berusia sekitar 100.000 tahun.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature oleh tim peneliti dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman. Para ilmuwan mengatakan, ada hubungan genetik antara “manusia goa” yang diyakini berusia 400.000 tahun itu dengan manusia purba dari Siberia yang hidup sekitar 40.000 tahun yang lalu. Temuan DNA ini, menurut para ahli, makin menimbulkan banyak pertanyaan ketimbang jawaban tentang kompleksitas pohon keluarga “manusia”.
Prof Chris Stringer dari Natural History Museum di London mengatakan kepada BBC News, temuan DNA itu penting untuk melihat kembali berbagai temuan evolusi manusia selama ini. “Kita perlu semua data agar kita bisa membangun seluruh kisah evolusi manusia. Kita tidak bisa hanya membangun dari perkakas batu, kita tidak bisa hanya membangun dari fosil. Temuan DNA memberi kita cara baru untuk melihat hal itu.”
Bukan Neanderthal
Semula para peneliti berharap hasil penelitian ini dapat membantu menjelaskan evolusi manusia di tahap awal, tetapi kenyataannya justru membuatnya makin rumit. Di awal penelitian, para ahli meyakini bahwa fosil paha manusia di Spanyol itu adalah manusia Neanderthal awal.
Namun, hasil penelitian DNA menunjukkan bahwa “manusia Spanyol” itu merupakan cabang terpisah dari evolusi manusia yang sering disebut manusia Denisovans. Para ahli mengatakan, manusia Denisovans masih ada hubungan dekat dengan manusia Neanderthal, tetapi mereka memiliki karakteristik genetik yang berbeda.
Yang membingungkan para ahli, DNA manusia Denisovan dilaporkan hanya ditemukan di Siberia, yang berjarak sekitar 4.000 mil jauhnya dari temuan baru di goa Spanyol itu.