Fakta Menarik tentang Gaya Hidup Slank

Fakta Menarik tentang Gaya Hidup Slank. Slank, siapa yang tak kenal band yang satu ini. Salah satu Legend Band di Indonesia yang telah berkarir selama 30 tahun ini memang dikenal memiliki banyak penggemar yang disebut Slankers. Tidak semulus jalan tol, perjalanan karir Slank yang berdiri pada 1983 hingga menjadi grup musik besar saat ini juga menemui hambatan dan kerikil-kerikil tajam, Gaya hidup mereka sebagai musisi, apalagi pernah menyandang gelar grup musik dengan bayaran termahal (2008 dan 2009 dengan honor Rp 500 juta per show), seiring berubah. Ada yang negatif tapi juga banyak yang positif. Berikut Fakta Menarik tentang Gaya Hidup Slank

1. Menggotakkan Diri

Pertama kali dibentuk Bimo Setiawan Almachzumi/Bimo Setiawan Sidharta (Bimbim) dengan nama Cikini Stone Complex (CSC) pada awal 1980-an, grup ini mengkhususkan diri hanya membawakan lagu milik grup musik mancanegara Rolling Stones. Mereka sampai tidak mau menyanyikan lalu milik grup band lain. Ini membuahkan kejenuhan di antara personel yang akhirnya membubarkan diri pada 1983. Namun dari sifat mengkhususkan diri ini, mereka menemukan jiwa dan jati diri musik mereka yaitu jiwa rock n roll blues.

2. Semangat Bermusik

Musisi besar tidak lahir dari hanya satu atau dua perjuangan. Ini bahkan harus membutuhkan beberapa kali kegagalan. Selepas dari SCS, Bimbim meneruskan semangat bermusiknya bersama dengan kedua saudaranya, Denny dan Erwan, dengan membentuk Red Evil yang tak lama juga harus dilebur dan berubah menjadi Slank.

Setelah berulang kali ditolak, pada 1990, jerih payah para pemuda itu akhirnya membuahkan hasil. Demo lagu yang mereka buat akhirnya diterima perusahaan rekaman dan mulai membuat debut album Suit..Suit..He…He…He (Gadis Sexy) dengan lagu Memang dan Maafkan yang menjadi hit. BASF Award memberi penghargaan Slank sebagai kategori pendatang baru.

Slank yang waktu itu diawaki Bimbim (drum), Bongky (bass), Pay (gitar), Kaka (vokal) dan Indra (keyboard) dianggap menjadi penyelamat kaum muda Indonesia. Karena saat itu kaum muda kita hanya dijejali lagu-lagu Malaysia, seperti Issabella milik Search. Hingga saat ini Slank menelurkan 20 album selama tiga dekade berkarya. Hampir tiap album memiliki lagu-lagu yang menjadi hit. Seperti Maafkan, Mawar Merah, Terlalu Manis, Kirim Aku Bunga, Kamu Harus Pulang, Bang Bang Tut, Terbunuh Sepi, dan lainnya.

3. Tersandung Narkoba yang akhirnya berbuah perpecahan

Hampir semua musisii atau penggiat seni lainnya pasti pernah bersinggungan dengan narkoba. Barang haram yang diklaim pemasok kesenangan. Tidak terkecuali grup Slank yang saat itu sedang naik daun dan mulai menjadi grup musik terkenal. Narkoba menggoda beberapa anggota di antaranya yang berbuah perpecahan band.

Saat menggarap album keenam Lagi Sedih, Bimbim sang nahkoda memutuskan memecat Bongky, Pay dan Indra. Namun informasi lain menyebut ketiganya mengundurkan diri karena tidak tahan melihat Kaka dan Bimbim yang bersahabat dengan narkoba. Mereka mulai akrab dengan putaw, narkotika jenis heroin. Bahkan keakraban itu melebihan keakraban dengan personel band yang lainnya.

Tubuh keduanya saat itu sudah seperti tengkorak berjalan. Karena hanya terbungkus tulang dan kulit, tidak ada lagi daging. Hidup tidak terurus dan kacau, semakin parah karena mereka menjadi seorang pemandat berat. Semenjak memakai jenis narkoba ini, Bimbim yang biasanya pendiam, rapi, tak suka teriak-teriak, tiba-tiba berubah. Demikian juga Kaka.

Sang bunda yang juga manager grup itu, Bunda Iffet tak berhenti menyerah untuk mengembalikan anak-anaknya ke jalur yang benar. Ia selalu setia mendampingi anak-anaknya untuk keluar dan meninggalkan barang haram itu. Slank membantah anggapan, ketika seniman mengonsumsi narkoba, maka ia akan lebih kreatif. Sebaliknya ia mengatakan, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka tetap bisa menghasilkan karya-karya bagus.

4. Gaya Pakaian

Mewakili gaya anak muda di zamannya, gaya berpakaian Slank di awal karirnya memang terkesan ’semau gue’. Sandal jepit, kaus oblong dan celana jins belel (kadang-kadang celana pendek) bisa dibilang kostum kebangsaan mereka sehari-hari mereka pada saat itu. Bahkan penampilan keseharian Kaka sang vokalis, jauh dari kesan seorang vokalis masa kini yang banyak digandrungi remaja. Saat itu Kaka bisa dikatakan lebih mirip anak gelandangan daripada seorang vokalis grup band terkenal.