Ilustrasi masa orientasi siswa (foto: republika.co.id) |
Hotmagz – Di indonesia Masa Orientasi Sekolah sudah menjadi tradisi turun temurun demi menyambut siswa baru pada tahun ajaran yang baru. Akan tetapi sangat disayangkan, lantaran MOS yang diberikan pada para peserta sekolah justru seringkali didapat sangat berlebihan hingga menimbulkan korban jiwa.
Masa orientasi siswa (MOS) sudah menjadi agenda rutin setiap sekolah untuk menyambut siswa baru. Namun sayang, MOS yang diberikan kepada para peserta didik baru terbilang suka berlebihan dan bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
Hal seperti itu dialami siswa SMP Flora di Bekasi bernama Evan Christoper Situmorang (12) yang meninggal setelah dua minggu mengalami sakit di kedua kakinya.
Dikutip dari situs Kompas.com, Sabtu (1/8/2015), Evan mengalami sakit di bagian kaki setelah berjalan sejauh 4 km atas perintah seniornya saat hari terakhir MOS di sekolahnya.
“Tanggal 9 Juli itu kan dia terakhir MOS di SMP Flora. Dia cerita sama saya disuruh jalan kaki dari sekolahnya di Pondok Ungu Blok A ke Perumah Puri,” ujar ibunda Evan, Ratna Dumiarti.
“Lalu, dari sana jalan kaki lagi ke POM bensin Pondok Ungu dan jalan lagi ke sekolah. Itu rutenya memutar dan ada sekitar 4 kilometer,” imbuh Ratna.
Ibu Evan (foto: Kompas.com/Jessi Carina) |
Sesudah pulang dari kegiatan tersebut, Evan mengeluh sakit di bagian kaki dan bercerita pada ibunya. Karena kejadian ini, kaki Evan keram dan biru-biru.
Ratna mengisahkan bahwa Evan sebetulnya masih ingin masuk sekolah keesokan harinya, bahkan ia sempat bermain futsal bersama temannya di sekolah. Setelah itu, kondisinya malah tambah memburuk.
Sang ibunda mengajak Evan berobat ke puskesmas untuk pijat refleksi. Namun, Evan menolaknya dan bersikeras ingin tetap sekolah.
Evan menahan rasa sakit di kakinya kurang lebih selama dua minggu lamanya, karena hal ini ia sampai jatuh di kamar mandi sekolah lantaran tidak kuat berjalan, pada hari Selasa (28/7/2015) silam.
Sejak peristiwa tersebut kondisi Evan malah semakin memburuk dan bahkan ia sempat mengalami kejang-kejang, sampai pada akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Sang ibu mengaku sangat kehilangan atas kepergian putranya, akan tetapi ia tetap mengikhlaskannya.