Penyakit sapi gila merupakan penyakit yang menyerang syaraf pusat sapi yang berupa degenerasi sel sel syaraf sapi dewasa hingga jaringan otak mengalami perubahan mirip spons. Penyakit ini tidak ditularkan secara langsung oleh sapi kepada ternak lainnya, tetapi disebarkan dengan cara sapi memakan atau mengkonsumsi bahan pakan yang mengandung bibit penyakit/prion.
Penyakit sapi gila pada manusia pertama kali diteliti oleh ahli saraf Jerman Hans Gerhard Creutzfeldt pada tahun 1920. Tak lama kemudian, Alfons Maria Jakob menemukan tiga kasus lain cacat pada sistem motorik. Pada tahun 1922, penyakit sapi gila yang menyerang manusia Creutzfeldt-Jakob (CJD). Sama seperti sapi, ketika manusia tertular maka yang diserang pun jaringan otak. Penyakit yang belum bisa disembuhkan ini hingga kini belum ada vaksinnya. Jika manusia terkena serangan penyakit sapi gila cepat atau lambat, otaknya akan menjadi tidak utuh tapi berlubang lubang seperti busa. Lubang kecil seperti layaknya karet busa atau spons ini disebut sebagai Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE), keadaan itu sejalan dengan gangguan pergerakan anggota tubuh/kelumpuhan yang terjadi yang semakin lama semakin berat dan akhirnya menimbulkan kematian.
Pada sapi penyakit sapi gila ini memang membuatnya terlihat perubahan perangai, menjadi gila seperti agresif, gerakannya asal, gelisah dan terlihat ketakutan, hilang koordinasi, tidak mampu untuk bangun akibat saraf-saraf otaknya yang rusak dan kematian biasanya terjadi dalam 3 – 12 bulan.
Sedangkan pada manusia dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa gejala awal yang tampak antara lain :
- Gelisah, depresi dan bahkan perubahan kepribadian
- Gangguan mengingat serta kemampuan berpikir
- Penglihatan kabur
- Insomnia
- Kesulitan bicara dan menelan.
Hingga kini tidak ada terapi yang efektif untuk menyembuhkan vCJD, sebab uji coba pemberian steroid maupun antibiotik dan antivirus belum pernah memberikan hasil positif. Terapi yang diberikan umumnya bertujuan untuk mencegah memburuknya gejala agar penderita merasa lebih nyaman.
Jika ada kecurigaan terhadap penyakit sapi gila ini, wajib segera melapor ke dinas setempat yang berwenang dan segera meminta bantuan profesional untuk memastikan diagnosa di laboratorium. Meskipun belum ada kaitan secara pasti antara BSE dengan penyakit prion pada manusia, pemasokkan bahan makanan seperti impor daging, susu dan berbagai produk olahan hewan harus diawasi secara ketat. Mengingat daya tahan prion sangat tinggi, penanganan material sehabis pemeriksaan pasca mati harus dilakukan sangat ketat. Prion baru benar benar dalam keadaan inaktif bila dilakukan disinfeksi yang berupa insinerasi ( dibakar), dimasukkan autoclaf 132 derajat C selama 2 jam, larutan sodium hipoklorit 5,25%, atau larutan sodium hidroksida sehingga dapat terhindar dari penyakit sapi gila.