Waktu masih mempunyai banyak duit, Cameron Hunter mempunyai separuh dari usaha yang digerakkannya. Dia tinggal dirumah elegan serta mengendarai mobil sport mahal buatan Eropa.
” Saya rasa seluruhnya serba cukup namun situasi dapat beralih, ” kata pria tinggal di Darwin, Australia, itu pada stasiun radio ABC News.
Dua puluh tahun lalu Hunter mesti tinggal di suatu rumah golongan tuna wisma. Dia tak mempunyai rumah lagi dengan kata lain gelandangan.
Bekas saat kejayaannya yang masih tetap dapat dipandang yaitu suatu photo pada 1997 saat Hunter tengah tersenyum lebar di samping mobil Porsche warna biru kepunyaannya, seperti ditulis ABC News, Rabu (8/4).
Dia lalu menjual mobil itu serta dengan cara perlahan-lahan jatuh ke lubang kemiskinan. ” Itu kejatuhan yang pelan-pelan, ” kata dia.
Pria kelahiran Selandia Baru itu meninggalkan negaranya saat usianya 20-an . Dia lalu berkunjung ke Eropa lalu jadi gelandangan di Prancis sepanjang dua tahun. Nasib membawanya ke Thailand.
” Saya dideportasi ke Australia lantas terima surat penerimaan di bandara serta mereka segera penuhi semua kepentingan saya. ”
Dia lantas dapat bekerja di tambang Kalgoorlie di samping barat Australia serta membeli suatu rumah. Tetapi dia kembali tidak berhasil menjaga hartanya sesudah kehilangan pekerjaan.
” Saya mempunyai sakit punggung serta hernia hingga tak dapat bekerja. Dua th. saya luntang-lantung serta pada akhirnya beginilah. ”
Dia tiba di Darwin pada 2003 serta mulai sejak itu dia terkadang bekerja terkadang tidak. ” Saya mempunyai kurang lebih seratus pekerjaan mulai sejak jadi luntang-lantung. ”
Tahun lalu dia mendaftar untuk meminta support keuangan dari Pusat Bahkita Darwin. Tempat dia tinggal saat ini dikelola oleh instansi amal St Vincent de Paul. ” Mereka cukup mensupport serta berikan lingkungan yang nyaman. ”
Hunter saat ini bekerja paruh waktu juga sebagai penata buku. ” Saya mengawali kembali hidup saya serta mulai temukan jati diri sendiri, ” kata dia.