Temuan studi baru memperkuat dugaan mata rantai yang erat antara manusia dan monyet. Peneliti menemukan suara monyet jenis gelada, atau Theropithecus gelada, mirip dengan suara manusia.
Dilansir Live Science, 10 April 2013, banyak primata non-manusia mendemonstrasikan perilaku lip-smacking, atau membuka mulut dan bibir secara cepat.
Tetapi, hanya monyet gelada yang mampu menghasilkan suara bergelombang, yang dikenal dengan suara wobble, atau dengungan manusia.
Keunikan vokal gelada, menurut peneliti, dapat menjadi langkah penting dalam mendalami evolusi suara manusia.
“Temuan kami memberikan dukungan bagi asal usul suara lip-smacking, karena ini masuk akal menunjukkan jalur evolusi,” kata Thore Bergman, peneliti University of Michigan, Ann Arbor, Amerika Serikat yang juga penulis penelitian dalam jurnal Current Biology dalam Live Science.
“Ini menunjukkan bahwa primata non-manusia dapat menyuarakan lip-smacking yang menghasilkan suara seperti ucapan manusia,” tambahnya.
Ritme Suara
Bergman mengaku pertama kali menyadari kemiripan suara monyet gelada saat mempelajari spesies tersebut di pegunungan terpencil di Ethiophia.
Saat itu, ia mengaku sering mendengar vokalisasi yang mirip dengan suara manusia dan ternyata suara itu berasal dari mulut gelada. Bergman terkejut, karena ia belum pernah menemukan primata lain yang menghasilkan suara sangat menyerupai manusia.
Ia kemudian membaca sebuah studi pada tahun 2012 silam tentang gerakan wajah kera jenis macaque, yang diketahui mampu meniru ucapan manusia. Dengan kaitan temuan itu, perilaku lip-smacking bisa jadi awal dari ucapan manusia.
Untuk menelusurinya, Bergman menganalisa rekaman dari suara bergetar monyet gelada. Dan, dia menemukan ritme suara yang mirip dengan manusia.
Secara detail, goyangan suara yang dihasilkan dari seorang laki-laki menghasilkan sebuah erangan. Sementara gerakan lip-smacking berhubungan dengan gerakan mulut yang dibuat dalam ucapan manusia.
Temuan ini, lanjut Bergman, menunjukkan lip-smacking kemungkinan berada pada jalur evolusi ucapan, meskipun bukan satu-satunya. Ia menambahkan, lip-smacking juga dapat semata-mata berfungsi sosial seperti halnya dalam percakapan manusia.